Senin, 29 Juni 2015

>>>> ALUNAN MUSIK GAMELAN DI LUAR ANGKASA <<<<






BADAN ruang angkasa Amerika Serikat (NASA) menyiapkan dua wahana luar angkasa, Voyager 1 dan Voyager 2, dengan tujuan awal mempelajari planet Jupiter dan Saturnus. Namun, para peneliti juga mempertimbangkan potensi Voyager sebagai wahana penjelajah sistem tata surya yang belum diketahui; yang mungkin akan menjadi kontak pertama manusia dengan kehidupan di luar bumi.
Karena itu, sembilan bulan sebelum peluncuran Voyager, NASA meminta Carl Sagan, astronom kenamaan Universitas Cornell, menyusun tim khusus yang bertugas menyiapkan agar wahana Voyager juga berfungsi sebagai “pembawa pesan untuk peradaban ekstraterestrial.”
Tim memutuskan Voyager akan membawa musik terbaik, galeri foto, dan suara-suara kehidupan baik alami maupun artifisial. Semuanya direkam dalam piringan suara yang terbuat dari emas, Voyager Golden Record. Sagan dan timnya menuliskan pengalaman mereka sebagai para pembuat keputusan seleksi dalam buku Murmurs of Earth, terbit tahun 1978.
Dalam proses seleksi tersebut, musik gamelan dari Jawa muncul sebagai salah satu usulan. Judulnya Puspawarna, yang liriknya dibuat oleh Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV dari Surakarta (1853-1881), untuk mengenang istri dan selirnya. Puspawarna terkenal di Jawa Tengah dan biasanya dimainkan untuk menyambut pangeran masuk ke istana. Penggagasnya adalah Robert E. Brown, seorang etnomusikolog asal Amerika yang pernah merekam musik Puspawarna secara langsung pada 1971 di keraton Paku Alaman.
“Puspawarna (beragam warna bunga) merujuk pada simbol selera Hinduisme orang-orang Jawa. Namun layaknya bunga, ia juga simbol yang dapat diinterpretasikan sebagai mekarnya dua wujud krusial dalam pembentukan materi tata surya di masa awal penciptaan; bintang-bintang dan galaksi,” tulis David Darling dalam Deep Time.
Puspawarna dimainkan Tjokrowasito (K.P.H. Notoprojo), maestro gamelan Indonesia di masanya. Lahir 17 Maret 1909 di Yogyakarta, kariernya sebagai musisi gamelan naik ketika ditunjuk sebagai pemimpin gamelan Paku Alaman tahun 1962. Tahun 1971, dia pindah ke California untuk mengajar gamelan di Institut Seni California dan mencetak generasi-generasi pertama musisi gamelan di Amerika. Dia meninggal dunia di usia 98 tahun di Yogyakarta, pada 2007.
“Lou Harrison menghormati jasa-jasa Pak Cokro dengan mendedikasikan sebuah komposisi untuknya. Juga mengusulkan sebuah bintang untuk dinamai dari nama Pak Cokro,” tulis Elon Brinner dalam Music in Central Java: Experiencing Music, Expressing Culture.
Lou Harrison adalah komposer kenamaan Amerika yang juga salah satu murid Tjokrowasito. Pada 1983, sebuah bintang baru di rasi Andromeda dinamakan “Wasitodiningrat”, merujuk nama Tjokrowasito ketika dianugerahi gelar Kanjeng Raden Tumenggung oleh Paku Alaman.
“Ini bukan hanya satu-satunya hubungan antara Pak Cokro dan luar angkasa. Ketawang Puspawarna yang dimainkan atas arahannya terpilih menjadi salah satu musik yang dikirim ke luar angkasa dalam wahana Voyager tahun 1977 yang mewakili peradaban manusia di jagat raya,” tambah Brinner.
Puspawarna yang berdurasi 4 menit 43 detik dicantumkan bersama karya musisi dari berbagai benua di Timur dan Barat. Ia bersanding dengan karya-karya klasik gubahan Johann Sebastian Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van Beethoven. Total durasi musik adalah 90 menit.
Piringan emas juga memuat pesan-pesan sapaan dari 55 bahasa dunia, termasuk bahasa Indonesia: “Selamat malam, hadirin sekalian. Sampai jumpa dan sampai bertemu lagi di lain waktu.” Pengisi suaranya bernama Ilyas Harun.
Kedua wahana Voyager diluncurkan pada 1977. Keduanya memuat piringan emas dengan konten yang sama. Saat ini, Voyager 1 menjadi benda buatan manusia yang terjauh. Posisinya sekarang ada di wilayah interstellar, yang merupakan sebuah ruangan luas di antara sistem tata surya dan bintang-bintang. Jaraknya sejauh 19 miliar kilometer dari Bumi.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa kecil kemungkinan wahana Voyager ditemukan makhluk asing dari peradaban luar bumi. Karena itu, Voyager lebih sering dianggap sebagai kapsul waktu yang mungkin akan ditemukan kembali oleh peradaban manusia di masa depan.
.
.
.
.
Sumber : Historia
Keterangan Gambar : Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (kiri), K.P.H. Notoprojo (kanan)

Rabu, 24 Juni 2015

Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota

Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota
HOS Tjokroaminoto “SEMURNI-murni Tauhid, Setinggi-tinggi ilmu, Sepandai-pandai siasat”
“Lerena mangan sadurunge wareg – berhentilah makan sebelum kenyang”
Ungkapan-ungkapan di atas dicetuskan oleh Tjokroaminoto. Seorang yang lahir dari keluarga priayi dan mencoba keluar dari pakem “kepriayiannya” dan beralih kepada Islam. Di zamannya, ia adalah sebuah fenomena. Boleh dibilang porsi keberadaannya dalam sejarah nasional cukup besar, apalagi kalau ditilik soal “Kebangkitan Nasional”.
Nama lengkapnya adalah: Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto. Ayahnya, Raden Mas Tjokroaminoto, adalah seorang Wedana di Kawedanan Keltjo (Madiun). Ia dilahirkan di desa Bakur pada tanggal 16 Agustus 1882. Ia juga merupakan cucu dari Kyai Kasan Besari (Hasan Basri), Ulama yang mendirikan pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo yang beristrikan putri Susuhunan ke II, kesultanan Surakarta.
Tjokroaminoto memang lahir dari keluarga priayi dan sempat dari tahun 1902-1905 bekerja sebagai Juru tulis Patih di Ngawi, sebuah pekerjaan yang lumrah bagi para priayi. Tapi ia memutuskan berhenti secara terhormat dari pekerjaannya. Ia lebih senang memilih “bunuh diri kelas” dengan menempuh jalan yang berbeda dengan ayah dan kakeknya. Ia muak melihat praktek-praktek tradisi yang berbau feodalisme. Namanya sendiri dipotong menjadi Oemar Said Tjokroaminoto, yang nantinya setelah menunaikan ibadah haji menjadi: Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau disingkat HOS. Tjokroaminoto.
Adanya colour lines (garis warna) dalam pemerintahan Belanda sangat dirasakan oleh Tjokro. Menurutnya, garis warna menyebabkan terjadinya sub-ordinasi politik dan ekonomi, serta terbatasnya jaminan sosial. Hal yang berlaku adalah hubungan “Tuan-Hamba”, seorang hamba- rakyat jelata berkewajiban melayani segala kebutuhan Tuannya-penjajah kolonial. Terjadilah diskriminasi di semua bidang kehidupan rakyat bangsa Indonesia kala itu.
Tjokro memilih untuk singgah di Semarang dan Surabaya guna mencari pekerjaan di dua kota tersebut. Selama tahun 1905-1907 ia bekerja sebagai kuli pelabuhan di Semarang. Selain menjadi kuli, tahun 1905-1910 juga ia bekerja di sebuah firma (advokat) Kooy & Co di Surabaya. Di Surabaya pula ia sempat menjadi leerling machinist (pembantu bagian mesin) di Pabrik gula dan terakhir menjadi bagian chemiker (bagian kimia).
Secara formal Tjokroaminoto menempuh pendidikannya di OSVIA (Opleidingsschool voor Inlandsch Ambtenaren) di Magelang dan tamat tahun 1902. Kemudian melanjutkan sekolahnya di Pamong Praja, sekolah untuk menjadi pegawai pemerintahan di zaman Belanda. Tahun 1905-1910, ia menempuh sekolah Sipil malam, Burgerlijke Avondschool (BAS) di Surabaya.
Pendidikan Islam didapatnya dari rumahnya sendiri dan dari orang-orang sekitar daerah Madiun hingga Magelang. Setelah dewasa, dengan kemampuannya di bidang sastra Jawa dan bahasa asing (Belanda dan Inggris), ia kemudian mempelajari Islam secara otodidak. Selain itu, ia juga mengasah kemampuan jurnalistiknya dengan menjadi wartawan beberapa surat kabar seperti: Bintang Soerabaya, Utusan Hindia, dan direktur-redaktur Fajar Asia.
Pada tahun 1912, ia kedatangan tiga orang, termasuk Samanhudi di dalamnya, yang berasal dari Sarekat Islam. Akhirnya setelah diskusi panjang, Tjokroaminoto kemudian dibai‟at sebagaimana lazimnya berlaku untuk anggota SI yang baru masuk. Sejak saat itu resmilah Tjokro menjadi anggota SI.
Tahun 1912 juga menjadi titik terang dalam perjalanan hidup Tjokro. Ia berubah dari menghidupkan mesin-mesin pabrik kepada menghidupkan mesin “kekuatan Islam” dalam jiwa bangsa, Umat Islam. Ruh mereka hampir mati akibat penjajahan. Dari seorang chemiker-ahli mengolah bahan kimia, menjadi seorang ahli yang dapat mengolah semangat pribumi yang lemah, menjadi kekuatan pendobrak massal yang menakutkan bagi penjajahan.
Sejak tahun 1912 hingga akhir hayatnya Tjokroaminoto adalah ketua SI, sekalipun nama organisasi berubah-ubah (SI, PSI, PSIHT, PSII). Tidak ada orang yang mampu menandinginya kala itu. Ia dikenal sebagai: organisator ulung, ideolog, konseptor dan orator penggerak massa, tapi lebih dari itu ia adalah seorang penemu (founder) yang menemukan jawaban tepat untuk permasalahan yang dihadapi rakyat terhadap penjajahan. Ia juga-lah yang pertama kali mencetuskan ide revolusioner, “Indonesia Merdeka”.
Bagi Tjokroaminoto, yang mampu menjadi solusi permasalahan bangsanya adalah: ISLAM; yaitu Islam yang “hidup‟. Islam yang datang dari Yang-Maha-Hidup. Islam yang telah menghidupkan orang-orang badui penghuni padang pasir menjadi orang-orang berbudaya yang menyumbangkan berbagai pemikiran dan budaya ke peradaban dunia. Islam yang menjadi penyelamat manusia dari dunia hingga akhirat. Ia mengatakan, “Kita menghendaki ISLAM sebagai yang diajarkan dan diamalkan pada zaman permulaannya: ISLAM tidak dengan tambahan barang baru, tetapi ISLAM dalam kesuciannya semula.”
Islam yang dimaksudkan adalah yang meliputi pengertian agama, politik, undang-undang dan para penganutnya. Islam yang mengikuti jejak contoh yang telah dipraktekkan Nabi Muhammad saw. Ketegasan beliau dalam memegang prinsip Islam dapat kita lihat dalam politik yang dikenal sebagai “Politik non-kooperasi”. Di kalangan partai SI disebut sebagai Sikap-Hijrah.
Setelah menyodorkan wasiat tertulis yang disahkan pada Kongres PSII ke-20 pada bulan Maret 1934 sebagai Regliment (aturan) Pedoman Umat Islam, keadaan Tjokroaminoto semakin memburuk. Beberapa kali ia jatuh sakit dan harus menjalani perawatan. Di bulan Ramadhan 1353 H, Tjokro menderita sakit yang amat parah di Yogyakarta.
Konon, menurut cerita yang tersebar, selama dalam kondisi sakit sekonyong-konyong Tjokro terlihat bangkit dan duduk secara tiba-tiba, dan dari mulutnya terucap, “Aku bertemu Rasulullah.”. Kemudian ia tidur kembali. Kadangkala terdengar lantunan suara al-Qur‟an yang begitu fasih dan merdu disertai cahaya terang yang berpendar keluar ruangan kamarnya. Peristiwa-peristiwa itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya pada tanggal 17 Desember ia benar-benar berpulang ke rahmatullah.
Bagi bangsa Indonesia, Tjokroaminoto adalah legenda. Dari tangannyalah lahir para konseptor, pemimpin-pemimpin besar bangsa dengan ideologi dan pandangan yang berlain-lainan. Murid- muridnya yang utama antara lain: Semaoen, Soekarno dan Kartosoewirjo.
Selama membangun Syarekat Islam, Tjokro sering dielu-elukan masyarakat kecil. Mereka berebut menyalaminya, bahkan berlomba-lomba meraih kain Tjokro yang menjuntai ke tanah sekadar untuk ngalap berkah. Tjokro, dalam pandangan masyarakat kecil, tak ubahnya mesias alias Ratu Adil. Ditambah kumisnya yang khas dan suara bariton yang lembut, berat dan berkarisma, ia dapat memukau ribuan hadirin dengan orasinya. Dengan kemampuan dan karismanya, tak salah jika ia disebut sebagai Raja Jawa Tanpa Mahkota oleh pejabat kolonial yang sempat bertemu dengannya.
Begitulah seorang guru bangsa yang mencita-citakan pekik kemerdekaan dan kebangkitan nasional yang hakiki. Beliaulah salah satu pendahulu yang telah mencetak kader-kader pemimpin bangsa. Sekalipun pada akhirnya terjadi pertikaian dan tragedi di antara murid-muridnya, ia tetaplah dipandang sebagai sosok yang membangkitkan bangsa ini dari cengkeraman penjajah.

*dicuplik dari buku “Manhaj Bernegara Dalam Haji: Kajian Sirah Nabawi di Indonesia” karya: Muhammad Rasuli Jamil


Senin, 22 Juni 2015

Perpustakaan Bani Umayyah di Andalusia Spanyol

Perpustakaan Bani Umayyah di Andalusia
Bagi sebagian orang, duduk khusyuk menenggelamkan diri di lautan buku perpustakaan jauh lebih menyenangkan dibanding berada di tengah pesta perayaan. Jalan-jalan ke toko buku jauh lebih seru dibanding sibuk berbelanja di mall. Aroma kertas dari buku-buku yang menempel di dinding rumah lebih membuat tenang daripada aroma terapi manapun.
Membaca terkadang membuat lupa waktu. Tidak terasa cerahnya pagi telah berganti merahnya lagit sore. Tidak terasa rupanya jari-jari telah membalikkan ratusan halaman. Pengetahuan bertambah. Wawasan kian luas. Otak kita butuh akan membaca sebagaimana pedang dan pisau butuh akan batu asah.
Membaca adalah tradisi umat Islam. Bahkan ayat yang pertama turun memerintah untuk membaca. Tradisi ini terus dijaga oleh pendahulu kita. Para khalifah membangun perpustakaan besar di rumah dan di wilayahnya. Para ulama terus mengkaji ilmu. Menginspirasi umat untuk membaca buku. Di antara perpustakaan yang terkenal adalah perpustakaan bani Umayyah di Andalusia.
Kegemaran Bani Umayyah Terhadap Ilmu Pengetahuan
Daulah bani Umayyah di Andalus didirikan pada tahun 172 H oleh seorang Quraisy yang bernama Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Atau yang lebih dikenal dengan Abdurrahman ad-Dakhil. Sejarawan menyebut daulah ini dengan Daulah Bani Umayyah II. Karena berdiri setelah runtuhnya Daulah Umayyah di Damaskus. Masa pemerintahan bani Umayyah di Andalus adalah masa-masa stabilnya wilayah semenanjung Iberia itu.
Para raja Daulah Umayyah II sangat cinta dan perhatian terhadap ilmu pengatahuan. Pada masa pemerintahan Muhammad bin Abdurrahman al-Ausath (273 H), sejarawan mulai memperhatikan perpustakaan-perpustakaan Andalusia. Dan yang paling terkenal adalah perpustakaan Cordoba. Kemudian Abdurrahman an-Nashir (350 H) dikenal sangat cinta dan menggandrungi buku.
Kecintaan para khalifah Daulah Bani Umayyah II akan ilmu pengetahuan sampai terdengar ke Kerajaan Bizantium. Kaisar Konstantin VII pun berinisiatif memberi hadiah kepada Abdurrahman bin an-Nashir sebuah buku yang belum ia ketahui. Konstantin VII memberinya buku kedokteran berbahasa Yunani karya Diskuridis. Dan juga buku sejarah kehebatan bangsa Romawi karya Herosis. Tentu ini adalah hadiah yang istimewa bagi Abdurrahman an-Nashir (Uyunu al-Anba fi Thabaqat al-Athibba oleh Ibnu Abi Ushaibah: Tahqiq Nizar Ridha. Hal: 493).
Abdurrahman an-Nashir memiliki dua orang anak: al-Hakam dan Muhammad. Keduanya mendapat bimbingan khusus dari para sastrawan dan ulama. Sehingga keduanya pun cinta akan ilmu pengetahuan. Sejarawan Spanyol, Julian Ribera, mengatakan, “Perpustakaan ayah mereka tidak cukup memuaskan semangat belajar mereka. Dan keduanya saling berpacu untuk membuat perpustakaan pribadi. Perpustakaan siapakah yang paling lengkap koleksinya dan paling bagus buku-bukunya. Seteleha beberapa lama Pangeran Muhammad wafat. Saudaranya, Pangeran al-Hakam, mewarisi perpustakaan miliknya. Kemudian wafat pula sang ayah, perpustakaanya diwariskan kepada al-Hakam. Lalu al-Hakam menggabungkan ketiga perpustakaan tersebut. Dan terbentuklah perpustakaan yang sangat besar (at-Tarbiyah al-Islamiyah fi al-Andalus oleh Julian Ribera, Hal: 156).
Perpustakaan al-Umawiyah
Ibnu Hazm mengisahkan tentang betapa besarnya Perpustakaan al-Umawiyah, “Talid al-Fata –pegawai Perpustakaan al-Umawiyah di Andalus- menceritakan kepadaku bahwa jumlah katalog yang memuat nama-nama buku di sana berjumlah 44 katalog. Setiap katalog terdiri dari 50 lembar. Di dalamnya hanya tertulis nama-nama buku saja” (al-Hilatu as-Sira oleh Ibnu al-Abar: ditahqil oleh Husein Mu’nis: 2/203). Jadi katalog buku-buku di Perpustakaan al-Umawiyah terdiri dari 2200 halaman. Ini menunjukkan betapa besarnya perpustakaan milik kerajaan tersebut. Diperkirakan, setidaknya ada 100.000 buku yang memenuhi koleksinya.
Peranan Ulama Terhadap Perpustakaan
Banyak orang yang terlibat dalam membangun perpustakaan ini sehingga menjadi perpustakaan terbesar di dunia pada saat itu. Yang pertama adalah Abdurrahman an-Nashir. Kemudian putranya al-Hakam al-Mustanshir. Juga para ulama, sastrawan, ahli fikih, berbagai penjuru negeri.
Pegawai-pegawai di Perpustakaan al-Umawiyah adalah para professional yang berasal dari Andalus hingga Baghdad. Mereka adalah para penulis dan cendekiawan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki perhatian besar terhadap buku.
Para penulis dan cendekiawan itu menulis buku-buku baru, hasil dari penelitian mereka. Lalu diserahkan kepada para ulama untuk dikoreksi. Setelah mendapat rekomendasi para ulama, barulah buku-buku layak dimasukkan ke perpustakaan. Para penulis pun mendapat imbalan dan pengharagaan dari kerajaan.
Seorang sejarawan yang bernama Ibnu al-Faradhi menyebutkan beberapa ulama yang memiliki perhatian besar dalam mengoreksi buku-buku sebelum dimasukkan di Perpustakaan al-Umawiyah di Cordoba dan az-Zahra. Di antaranya adalah al-Imam ar-Rabaji Muhammad bin Yahya al-Azdi.
Ibnu al-Faradhi mengatakan, “Ar-Rabaji Muhammad bin Yahya al-Azdi adalah seorang yang fakih. Seorang imam terpercaya. Ia mengambil riwayat Sibawaih dari jalur Ibnu an-Nuhas. Ar-Rajabi sangat detil dan teliti. Ia juga cerdas dalam beranalogi. Orang-orang mengaguminya sebagai ahli i’rab. Amirul mukminin an-Nashir memintanya untuk menjadi pendidik anaknya, al-Mughirah… …Ia adalah seorang yang shaleh. Wafat pada bulan Ramadhan tahun 358 H.” (Tarikh al-Ulama wa ar-Ruwat lil Ilmi bil Andalus oleh Ibnu Faradhi: Ditahqiq oleh Izat al-‘Ithar Hal: 2/71).
Ahli ilmu lainnya adalah seorang sastrawan yang bernama Muhammad bin al-Husein al-Fahri al-Qurthubi. Ia juga memiliki peranan besar dalam mengoreksi buku-buku yang masuk ke dalam Perpustakaan al-Umawiyah.
Selain kaum laki-laki, ada pula beberapa orang dari kaum perempuan yang berperan besar dalam pembangunan Perpustakaan al-Umawiyah. Di antaranya adalah seorang penulis wanita yang bernama Lubna. Ia adalah juru tulis Khalifah al-Hakam al-Mustanshir. Ibnu Bisykawal berkomentar tentangnya, “Ia adalah seorang wanita yang ahli dalam menulis. Ahli nahwu dan syair. Juga ahli dalam berhitung. Ia menguasai banyak ilmu. Tidak ada seorang pun di istana wanita, yang lebih cerdas darinya. Ia adalah wanita ahli arudh (salah satu cabang ilmu Bahasa Arab) dan bagus tulisannya. Lubna wafat pada tahun 374 H.” (ash-Shilah oleh Ibnu Bisykawal: Ditahqiq oleh Ibrahim al-Ibyari: 3/992).
Penulis wanita lainnya adalah Muzanah dan Fatimah bin Zakariya. Muzanah adalah juru tulis Khalifah an-Nashir li Dinillah. Wanita yang paling baik tulisannya. Wafat pada tahun 358 H (ash-Shilah oleh Ibnu Bisykawal: 3/992). Adapun Fatimah binti Zakariya, menurut Ibnu Bisykawal, ia adalah penulis yang menyenangkan. Orang yang bersungguh-sungguh dalam khat. Dan santun dalam bertutur. Ibnu Hayyan menyebutkan Fatimah wafat pada Jumadil Ula tahun 427 H. Ia wafat dalam keadaan masih gadis (ash-Shilah oleh Ibnu Bisykawal: 3/994).
Kecintaan Luar Biasa Terhadap Buku
Seorang orientalis, Julian Ribera, benar-benar kagum dengan kecintaan umat Islam Andalusia akan buku. Ia takjub bagaimana kaum muslimin berjalan dari barat ke timur hanya untuk mengoleksi buku baru. Kaum muslimin terus menambah ilmu pengetahuan mereka dengan membaca buku. Sehingga Cordoba menjadi kota para pemikir, para ahli, dan para ilmuan.
Membaca adalah tradisi umat Islam. Belajar dan mengkaji ilmu sudah menjadi bagian dari sejarah kita. Terlalu banyak tokoh-tokoh inspiratif dalam peradaban Islam. Namun adakah yang mau meneladani mereka?!
Sumber:
– Makalah yang ditulis oleh Muhammad Sya’ban Ayyub dengan judul al-Maktabah al-Umawiyah fi an-Andalus. (KisahMuslim.co)


Kamis, 18 Juni 2015

Inilah 18 Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi

Inilah 18 Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi
Demokrasi, menurut definisi, adalah sistem politik di mana kekuasaan tertinggi terletak pada rakyat yang memiliki hak untuk memilih wakil mereka.
Terdapat dua jenis demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.

Dalam demokrasi langsung, rakyat mengambil bagian aktif dalam pembuatan undang-undang dan keputusan pemerintah lainnya.
Dalam demokrasi perwakilan, wakil yang dipilih oleh rakyat diberi mandat membuat undang-undang dan keputusan lain.
Berikut akan dibahas berbagai hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan demokrasi.
Kelebihan Demokrasi
1. Melindungi kepentingan rakyat
Demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan rakyat. Kekuasaan yang sesungguhnya terletak di tangan orang-orang yang mewakili rakyat banyak.
Para wakil rakyat dipilih dan harus bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya. Dengan cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik rakyat menjadi lebih terjamin di bawah demokrasi.
2. Berdasarkan prinsip kesetaraan
Demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua warga negara memiliki kedudukan sama di mata hukum.
Semua rakyat memiliki hak sosial, politik dan ekonomi yang sama dan negara tidak boleh membedakan warga negara atas dasar kasta, agama, jenis kelamin, atau kepemilikan.
3. Stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan
Demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien. Pemerintahan berjalan stabil karena didasarkan pada dukungan publik.
Dalam demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan masalah negara secara menyeluruh dan mengambil keputusan berdasarkan aspirasi rakyat.
Di bawah sistem monarki, elit kerajaan mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri. Sedangkan di bawah kediktatoran, diktator tidak melibatkan rakyat sama sekali dalam pengambilan keputusan.
4. Pendidikan politik kepada rakyat
Demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolah pendidikan politik bagi rakyat. Rakyat akan ikut terdorong untuk mengambil bagian dalam urusan negara.
Pada saat pemilihan umum, partai politik mengusulkan kebijakan dan program untuk dinilai oleh rakyat. Hal ini pada akhirnya menciptakan kesadaran politik di kalangan masyarakat.
5. Sedikit peluang revolusi
Karena demokrasi didasarkan pada kehendak publik, terdapat kemungkinan kecil terjadi pemberontakan rakyat. Para wakil dipilih oleh rakyat untuk melakukan urusan negara dengan dukungan rakyat.
Jika mereka tidak bekerja dengan baik atau tidak memenuhi harapan rakyat, para wakil bisa saja tidak dipilih lagi dalam pemilu berikutnya. Dengan cara ini, rakyat tidak perlu melakukan pemberontakan saat menginginkan perubahan.
6. Pemerintahan stabil
Demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga penyelenggaraan negara berjalan didasarkan atas dukungan rakyat.
Oleh karena itu, demokrasi dianggap lebih stabil daripada bentuk pemerintahan lain.
7. Membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik
Keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga negara yang baik.
Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat untuk pengembangan kepribadian dan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Dalam demokrasi, rakyat dilatih untuk memahami hak dan kewajiban mereka.
8. Berdasarkan opini publik
Pemerintahan demokrasi didasarkan pada keinginan publik dan tidak didasarkan pada ketakutan pada penguasa.

Demokrasi berdiri di atas konsensus, bukan pada kekuasaan; dengan warga negara memiliki kesempatan mengambil bagian aktif dalam pemerintahan.
Kekurangan Demokrasi
1. Lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas
Demokrasi tidak didasarkan pada kualitas tetapi pada kuantitas. Partai mayoritas memiliki wewenang memegang pemerintahan.
Selain itu, orang yang tidak memiliki kecerdasan, visi dan korup bisa saja terpilih menjadi penyelenggara negara.
2. Pemerintahan oleh orang tidak kompeten
Demokrasi bisa saja dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten. Dalam demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk mengambil bagian, sedangkan tidak semua orang cocok dengan peran itu.
Segerombolan manipulator yang dapat mengumpulkan suara bisa mendapatkan kekuasaan dalam demokrasi. Hasilnya, demokrasi dijalankan oleh orang bodoh dan tidak kompeten.
3. Berdasarkan kesetaraan yang tidak wajar
Konsep kesetaraan dalam demokrasi dianggap bertentangan dengan hukum alam. Alam memberi setiap individu dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang berbeda.
Faktanya, kemampuan tiap orang berbeda. Sebagian orang berani, lainnya pengecut. Sebagian sehat, yang lain tidak begitu sehat. Sebagian cerdas, yang lain tidak.
Kritik berpendapat bahwa akan bertentangan dengan hukum alam untuk memberikan status yang sama kepada semua orang.
4. Pemilih tidak tertarik pada pemilu
Pemilih tidak selalu menunaikan hak pilihnya sebagaimana seharusnya. Umum ditemukan tingkat partisipasi pemilih hanya berada pada kisaran angka 50 sampai 60 persen saja.
5. Menurunkan standar moral
Satu-satunya tujuan kandidat adalah memenangkan pemilihan. Mereka sering menggunakan politik uang dan praktik bawah tangan lainnya agar terpilih.
Kekuatan otot dan uang bekerja bahu-membahu untuk memastikan kemenangan seorang kandidat.
Dengan demikian, moralitas adalah korban pertama dalam pemilu. Apa yang bisa diharapkan setelah moralitas dikorbankan?
6. Demokrasi adalah pemerintahan orang kaya
Demokrasi modern pada kenyataannya adalah kapitalistik. Pemilu dilakukan dengan uang. Para calon kaya membeli suara. Pada akhirnya, rakyat mendapatkan pemerintahan plutokrasi yang berbaju demokrasi.
Pada kondisi ini, orang kaya menguasai media untuk keuntungan mereka sendiri. Kepentingan pemilik modal bisa saja mempengaruhi keputusan politik yang diambil pemerintah.
7. Penyalahgunaan waktu dan dana publik
Demokrasi bisa terjerumus pada pemborosan waktu dan sumber daya. Dibutuhkan banyak waktu dalam perumusan undang-undang. Banyak uang yang dihabiskan selama pemilu.
8. Tidak terjadi pemerintahan yang stabil
Ketika tidak ada partai yang manjadi mayoritas mutlak, pemerintahan koalisi harus dibentuk. Koalisi partai politik dengan pembagian kekuasaan hanya merupakan perkawinan semu.
Setiap kali terjadi benturan kepentingan, koalisi hancur dan pemerintahan runtuh. Dengan demikian, pemerintah stabil di bawah demokrasi bisa sulit dicapai.
9. Kediktatoran mayoritas
Demokrasi dikritik karena menjadi legitimasi kediktatoran mayoritas. Mayoritas diharuskan melindungi kepentingan minoritas tetapi dalam praktiknya tidak selalu demikian.
Mayoritas setelah mendapatkan kesuksesan saat pemilu terkadang melupakan minoritas dan menjalankan pemerintahan sesuai dengan kehendak mereka sendiri.
10. Pengaruh buruk dari partai politik
Partai politik merupakan dasar demokrasi. Partai politik bertujuan merebut kekuasaan dengan cara yang sah.
Namun terkadang, anggota partai politik lebih mendahulukan kepentingan partai dibanding kepentingan negara.

source; Amazine co & Sejarah Dunia


Pengikut