Rabu, 10 Mei 2017

Memupuk Komitmen Persatuan dalam Keberagaman.



Memupuk Komitmen Persatuan dalam Keberagaman.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, dan kebiasaan di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan. Apabila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, apabila tidak dikelola
secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat. Kolaborasi positif orang buta dan orang lumpuh dapat meningkatkan produktivitasnya belasan kali lipat. Dalam konteks membangun masyarakat multikultural, selain berperan meningkatkan mutu bangsa agar dapat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain, pendidikan juga berperan memberi perekat antara berbagai perbedaan di antara komunitas kultural atau kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda agar lebih meningkat komitmennya dalam berbangsa dan bernegara.
1. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Kesatuan bangsa Indonesia yang Anda rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu, seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian, sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain sebagainya.
2. Prinsip-prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus Anda hayati, Anda pahami, lalu Anda amalkan dalam kehidupan Anda sehari-hari.
Prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebagai berikut.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Prinsip nasionalisme Indonesia.
Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab.
Prinsip wawasan Nusantara.
Prinsip persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi.
3. Pengamalan Nilai-Nilai Persatuan dan Kesatuan
Pepatah mengatakan "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Oleh karena itu, yang perlu ditegakkan dan dilakukan, antara lain sebagai berikut.
Meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan musyawarah.
Meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan.
Pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Memberikan otonomi daerah.
Memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian hukum.
Perlindungan, jaminan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan, sehingga masyarakat semakin terlindungi.
Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Mengembangkan semangat kekeluargaan atau budayakan saling bertegur sapa.
Menghindari penonjolan sara/perbedaan karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama, serta adat-istiadat kebiasaan yang berbeda-beda, maka Anda tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan.
4. Landasan Hukum Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Suatu negara perlu memiliki landasan hukum, sebab dengan landasan hukum yang dimiliki oleh suatu negara, maka negara akan menjadi lebih kukuh atau kuat dan tidak terombang-ambing oleh kekuatan luar manapun (dipengaruhi oleh negara lain). Diibaratkan jika Anda ingin membangun rumah, maka yang utama (dasar) dibangun lebih dahulu adalah pondasinya. Dengan dasar pondasi yang kuat, bangunan dengan bentuk apapun pasti akan kuat. Landasan hukum persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain sebagai berikut.
a. Landasan Ideal
Landasan ideal adalah Pancasila sila ke-3 "Persatuan Indonesia" terdiri atas 7 butir pengamalan Pancasila, yaitu sebagai berikut.
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
b. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional adalah UUD 1945 yang terdiri atas.
1. Pembukaan Alinea IV ".... Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada .... persatuan Indonesia."
2. Dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
a. Pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa "Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik."
b. Pasal 30 Ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, serta
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
5. Upaya dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Hal yang harus Anda tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Bagaimana agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga? Salah satu caranya adalah Anda sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia. Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat menjaga keutuhan wikayah dan bangsa Indonesia. Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikap-sikap sebagai berikut.
a. Cinta tanah air.
b. Membina persatuan dan kesatuan.
c. Rela berkorban.
Sumber: Buku Ajar PPKn Semester 2 Kelas 10 SMA/SMK Kurikulum 2013 dengan pengubahan. dan belajar-ppkn.blogspot. com


Kisah Tan Malaka.

Kisah Tan Malaka.



HARI ini 68 tahun yang lalu Tan Malaka dieksekusi mati oleh pasukan dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Perintah itu datang dari Letda. Soekotjo, yang menurut sejarawan Harry Poeze, “Orang kanan sekali yang beropini bahwa Tan Malaka harus dihabisi.”

Pengujung kisah hidup Tan Malaka dimulai ketika dia dibebaskan dari penjara di Magelang, 16 September 1948. Sekeluarnya dari penjara, dia mencoba kembali mengumpulkan pendukungnya dan menggagas pendirian partai Murba pada 7 November 1948. Partai ini berasaskan “antifasisme, antiimperialisme dan antikapitalisme”.
Namun Tan enggan memimpin Partai Murba. “Dia tidak mau jadi ketua. Mungkin dia harap jadi Presiden RI dan selalu tidak senang dengan politik diplomasi,” kata sejarawan Harry A. Poeze dalam bukunya, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia
Jilid 4. Buku ini mengisahkan babakan terakhir perjalanan hidup Tan Malaka, sejak September 1948 sampai Desember 1949.
Usai kongres pendirian Partai Murba, Tan mesti menentukan pilihan tentang hari depan pergerakannya. Meski Yogyakarta strategis (saat itu sebagai ibukota Republik Indonesia), dia merasa tidak aman di kota itu. “Dikhawatirkan akan terjadi pendudukan Belanda, dan bahaya penangkapan oleh pemerintah,” tulis Poeze. “Dia juga ingin menjajaki alam pikiran rakyat.”
Ada dua rencana perjalanan yang hendak ditempuh: Jawa Barat dan Jawa Timur. Kemungkinan ke barat (Banten) pupus mengingat Darul Islam sangat aktif di sana dan membenci kaum komunis, terlebih Banten terisolasi dari pusat Republik.
Pilihan Tan jatuh ke Jawa Timur. Selain menjadi medan subur bagi pengikut gerakan kiri, sebagaimana yang dia asumsikan dalam Naar de Republiek Indonesia, “di sanalah pukulan yang menentukan akan diselesaikan.”

Pada 12 November 1948, Tan berangkat ke Kediri, mengingat tawaran bantuan dari komandan batalion Sabarudin, dan jaminan keamanan serta perasaan simpati dari komandan divisi Soengkono dan stafnya.
Dimulailah jalan gerilya di Jawa Timur. Tan berkesempatan bertemu dengan para prajurit TNI dan pimpinan politik. Jika senggang, tulis Poeze, “dia berjalan-jalan untuk melihat-lihat dan mencaritahu tentang keadaan penduduk kampung yang miskin dan keinginan-keinginan mereka.”
Dalam setiap pertemuan maupun pamflet yang dia tulis selama di Jawa Timur, Tan Malaka menuangkan gagasannya akan cita-cita negara sosialis. Dia menjelaskan ide-idenya dalam Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi) ke tengah-tengah kalangan militer dan mendapat sambutan hangat. Dia pun rutin mengecam politik diplomasi yang dijalankan oleh Sukarno-Hatta yang dia sebut “telah menyia-nyiakan hak-hak mereka sebagai pemimpin.” Dalam ‘Program Mendesak’, dia bahkan menyebut dirinya sebagai pemimpin Revolusi Indonesia.
Sebagai contoh kesuksesan propaganda Tan Malaka, sebanyak 17-19 batalion bergabung dalam Gabungan Pembela Proklamasi (GPP) untuk menghadapi serangan Belanda bilamana sewaktu-waktu datang. GPP mesti bertindak sesuai petunjuk Gerpolek.
Propaganda Tan Malaka yang anti politik diplomasi Sukarno-Hatta dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah. Gerakannya mesti ditumpas. Tan bersama GPP berpindah-pindah markas dan akhirnya melarikan diri ke arah selatan Jawa Timur. Dalam gerilya menyusuri lereng Gunung Wilis, di Selopanggung, Kediri, Tan Malaka ditangkap oleh Letnan Dua Sukoco dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya.

Pada 21 Februari 1949, Tan Malaka dieksekusi mati oleh Suradi Tekebek, orang yang diberi tugas Sukotjo. Kematiannya tanpa dibikin laporan maupun pemeriksaan lebih lanjut. Dia dimakamkan di tengah hutan dekat markas Soekotjo. “Kematiannya dirahasiakan bertahun-tahun,” ucap Poeze.
Setelah sejarawan asal Belanda itu berhasil menemukan makam Tan Malaka, untuk membuktikan apakah jasad yang dimakamkan di Selopanggung itu Tan Malaka, sekelompok dokter ahli forensik dari Universitas Indonesia telah mengambil sampel DNA dari keluarga Tan Malaka untuk dicocokan dengan DNA jasad yang ada di makam. Namun, hingga hari ini hasilnya belum bisa dipastikan cocok 100 persen. Tapi Harry Poeze, berdasarkan data-data yang dia peroleh, meyakini jasad di kuburan Selopanggung itu adalah Tan Malaka. Dia berharap jenazah Tan Malaka bisa dipindahkan ke taman makam pahlawan Kalibata sebagai wujud penghormatan kepada Tan Malaka.
#SejarahDunia
#SejarahIndonesia
Sumber : Historia. id



Kamis, 20 April 2017

Program Pencarian Pohon Akar Menggunakan Breath first Search ( BFS ) Dan Depth First Search ( DFS ) Dengan Sofware Python.



Program Pencarian Pohon Akar Menggunakan  Breath first Search ( BFS ) Dan Depth First Search ( DFS ) Dengan Sofware Python.




Breath first Search ( BFS )


pohon = {'A':set(['B','C','E']),
         'B':set(['A','G','D']),
         'C':set(['A','I']),
         'D':set(['B','H','I']),
         'E':set(['A','F']),
         'F':set(['E','H']),
         'G':set(['B','H']),
         'H':set(['D','F','G','I']),
         'I':set(['C','D'])}

def bfs(graf, mulai, tujuan):
    queue = [[mulai]]
    visited = set()

    while queue:
        jalur = queue.pop(0)
        state = jalur[-1]
        if state == tujuan:
            return jalur
        elif state not in visited:
            for cabang in graf.get(state, []):
                jalur_baru = list(jalur)
                jalur_baru.append(cabang)
                queue.append(jalur_baru)

            visited.add(state)

        isi = len(queue)
        if isi == 0:
            print("tidak ditemukan")






 Depth First Search ( DFS )



pohon = {'A':set(['B','C','E']),
         'B':set(['A','G','D']),
         'C':set(['A','I']),
         'D':set(['B','H','I']),
         'E':set(['A','F']),
         'F':set(['E','H']),
         'G':set(['B','H']),
         'H':set(['D','F','G','I']),
         'I':set(['C','D'])}

def dfs(graf, mulai, tujuan):
    stack = [[mulai]]
    visited = set()

    while stack:
        panjang_tumpukan = len(stack)-1
        jalur = stack.pop(panjang_tumpukan)
        state = jalur[-1]
        if state == tujuan:
            return jalur
        elif state not in visited:
            for cabang in graf.get(state, []):
                jalur_baru = list(jalur)
                jalur_baru.append(cabang)
                stack.append(jalur_baru)
            visited.add(state)

        isi = len(stack)
        if isi == 0:
            print("Tidak ditemukan")
















Pengikut