Rabu, 10 Mei 2017

Memupuk Komitmen Persatuan dalam Keberagaman.



Memupuk Komitmen Persatuan dalam Keberagaman.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, dan kebiasaan di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan. Apabila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, apabila tidak dikelola
secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat. Kolaborasi positif orang buta dan orang lumpuh dapat meningkatkan produktivitasnya belasan kali lipat. Dalam konteks membangun masyarakat multikultural, selain berperan meningkatkan mutu bangsa agar dapat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain, pendidikan juga berperan memberi perekat antara berbagai perbedaan di antara komunitas kultural atau kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda agar lebih meningkat komitmennya dalam berbangsa dan bernegara.
1. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Kesatuan bangsa Indonesia yang Anda rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu, seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia. Kemudian, sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain sebagainya.
2. Prinsip-prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji lebih jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus Anda hayati, Anda pahami, lalu Anda amalkan dalam kehidupan Anda sehari-hari.
Prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebagai berikut.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Prinsip nasionalisme Indonesia.
Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab.
Prinsip wawasan Nusantara.
Prinsip persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi.
3. Pengamalan Nilai-Nilai Persatuan dan Kesatuan
Pepatah mengatakan "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Oleh karena itu, yang perlu ditegakkan dan dilakukan, antara lain sebagai berikut.
Meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan musyawarah.
Meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan.
Pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Memberikan otonomi daerah.
Memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian hukum.
Perlindungan, jaminan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan, sehingga masyarakat semakin terlindungi.
Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Mengembangkan semangat kekeluargaan atau budayakan saling bertegur sapa.
Menghindari penonjolan sara/perbedaan karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama, serta adat-istiadat kebiasaan yang berbeda-beda, maka Anda tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan.
4. Landasan Hukum Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Suatu negara perlu memiliki landasan hukum, sebab dengan landasan hukum yang dimiliki oleh suatu negara, maka negara akan menjadi lebih kukuh atau kuat dan tidak terombang-ambing oleh kekuatan luar manapun (dipengaruhi oleh negara lain). Diibaratkan jika Anda ingin membangun rumah, maka yang utama (dasar) dibangun lebih dahulu adalah pondasinya. Dengan dasar pondasi yang kuat, bangunan dengan bentuk apapun pasti akan kuat. Landasan hukum persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain sebagai berikut.
a. Landasan Ideal
Landasan ideal adalah Pancasila sila ke-3 "Persatuan Indonesia" terdiri atas 7 butir pengamalan Pancasila, yaitu sebagai berikut.
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
b. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional adalah UUD 1945 yang terdiri atas.
1. Pembukaan Alinea IV ".... Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada .... persatuan Indonesia."
2. Dalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
a. Pasal 1 Ayat (1) menyatakan bahwa "Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik."
b. Pasal 30 Ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, serta
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
5. Upaya dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Hal yang harus Anda tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Bagaimana agar keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga? Salah satu caranya adalah Anda sebagai warga negara berpartisipasi dalam upaya menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia. Berpartisipasi artinya turut serta atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat menjaga keutuhan wikayah dan bangsa Indonesia. Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikap-sikap sebagai berikut.
a. Cinta tanah air.
b. Membina persatuan dan kesatuan.
c. Rela berkorban.
Sumber: Buku Ajar PPKn Semester 2 Kelas 10 SMA/SMK Kurikulum 2013 dengan pengubahan. dan belajar-ppkn.blogspot. com


Kisah Tan Malaka.

Kisah Tan Malaka.



HARI ini 68 tahun yang lalu Tan Malaka dieksekusi mati oleh pasukan dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Perintah itu datang dari Letda. Soekotjo, yang menurut sejarawan Harry Poeze, “Orang kanan sekali yang beropini bahwa Tan Malaka harus dihabisi.”

Pengujung kisah hidup Tan Malaka dimulai ketika dia dibebaskan dari penjara di Magelang, 16 September 1948. Sekeluarnya dari penjara, dia mencoba kembali mengumpulkan pendukungnya dan menggagas pendirian partai Murba pada 7 November 1948. Partai ini berasaskan “antifasisme, antiimperialisme dan antikapitalisme”.
Namun Tan enggan memimpin Partai Murba. “Dia tidak mau jadi ketua. Mungkin dia harap jadi Presiden RI dan selalu tidak senang dengan politik diplomasi,” kata sejarawan Harry A. Poeze dalam bukunya, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia
Jilid 4. Buku ini mengisahkan babakan terakhir perjalanan hidup Tan Malaka, sejak September 1948 sampai Desember 1949.
Usai kongres pendirian Partai Murba, Tan mesti menentukan pilihan tentang hari depan pergerakannya. Meski Yogyakarta strategis (saat itu sebagai ibukota Republik Indonesia), dia merasa tidak aman di kota itu. “Dikhawatirkan akan terjadi pendudukan Belanda, dan bahaya penangkapan oleh pemerintah,” tulis Poeze. “Dia juga ingin menjajaki alam pikiran rakyat.”
Ada dua rencana perjalanan yang hendak ditempuh: Jawa Barat dan Jawa Timur. Kemungkinan ke barat (Banten) pupus mengingat Darul Islam sangat aktif di sana dan membenci kaum komunis, terlebih Banten terisolasi dari pusat Republik.
Pilihan Tan jatuh ke Jawa Timur. Selain menjadi medan subur bagi pengikut gerakan kiri, sebagaimana yang dia asumsikan dalam Naar de Republiek Indonesia, “di sanalah pukulan yang menentukan akan diselesaikan.”

Pada 12 November 1948, Tan berangkat ke Kediri, mengingat tawaran bantuan dari komandan batalion Sabarudin, dan jaminan keamanan serta perasaan simpati dari komandan divisi Soengkono dan stafnya.
Dimulailah jalan gerilya di Jawa Timur. Tan berkesempatan bertemu dengan para prajurit TNI dan pimpinan politik. Jika senggang, tulis Poeze, “dia berjalan-jalan untuk melihat-lihat dan mencaritahu tentang keadaan penduduk kampung yang miskin dan keinginan-keinginan mereka.”
Dalam setiap pertemuan maupun pamflet yang dia tulis selama di Jawa Timur, Tan Malaka menuangkan gagasannya akan cita-cita negara sosialis. Dia menjelaskan ide-idenya dalam Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi) ke tengah-tengah kalangan militer dan mendapat sambutan hangat. Dia pun rutin mengecam politik diplomasi yang dijalankan oleh Sukarno-Hatta yang dia sebut “telah menyia-nyiakan hak-hak mereka sebagai pemimpin.” Dalam ‘Program Mendesak’, dia bahkan menyebut dirinya sebagai pemimpin Revolusi Indonesia.
Sebagai contoh kesuksesan propaganda Tan Malaka, sebanyak 17-19 batalion bergabung dalam Gabungan Pembela Proklamasi (GPP) untuk menghadapi serangan Belanda bilamana sewaktu-waktu datang. GPP mesti bertindak sesuai petunjuk Gerpolek.
Propaganda Tan Malaka yang anti politik diplomasi Sukarno-Hatta dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah. Gerakannya mesti ditumpas. Tan bersama GPP berpindah-pindah markas dan akhirnya melarikan diri ke arah selatan Jawa Timur. Dalam gerilya menyusuri lereng Gunung Wilis, di Selopanggung, Kediri, Tan Malaka ditangkap oleh Letnan Dua Sukoco dari Batalion Sikatan Divisi Brawijaya.

Pada 21 Februari 1949, Tan Malaka dieksekusi mati oleh Suradi Tekebek, orang yang diberi tugas Sukotjo. Kematiannya tanpa dibikin laporan maupun pemeriksaan lebih lanjut. Dia dimakamkan di tengah hutan dekat markas Soekotjo. “Kematiannya dirahasiakan bertahun-tahun,” ucap Poeze.
Setelah sejarawan asal Belanda itu berhasil menemukan makam Tan Malaka, untuk membuktikan apakah jasad yang dimakamkan di Selopanggung itu Tan Malaka, sekelompok dokter ahli forensik dari Universitas Indonesia telah mengambil sampel DNA dari keluarga Tan Malaka untuk dicocokan dengan DNA jasad yang ada di makam. Namun, hingga hari ini hasilnya belum bisa dipastikan cocok 100 persen. Tapi Harry Poeze, berdasarkan data-data yang dia peroleh, meyakini jasad di kuburan Selopanggung itu adalah Tan Malaka. Dia berharap jenazah Tan Malaka bisa dipindahkan ke taman makam pahlawan Kalibata sebagai wujud penghormatan kepada Tan Malaka.
#SejarahDunia
#SejarahIndonesia
Sumber : Historia. id



Kamis, 20 April 2017

Program Pencarian Pohon Akar Menggunakan Breath first Search ( BFS ) Dan Depth First Search ( DFS ) Dengan Sofware Python.



Program Pencarian Pohon Akar Menggunakan  Breath first Search ( BFS ) Dan Depth First Search ( DFS ) Dengan Sofware Python.




Breath first Search ( BFS )


pohon = {'A':set(['B','C','E']),
         'B':set(['A','G','D']),
         'C':set(['A','I']),
         'D':set(['B','H','I']),
         'E':set(['A','F']),
         'F':set(['E','H']),
         'G':set(['B','H']),
         'H':set(['D','F','G','I']),
         'I':set(['C','D'])}

def bfs(graf, mulai, tujuan):
    queue = [[mulai]]
    visited = set()

    while queue:
        jalur = queue.pop(0)
        state = jalur[-1]
        if state == tujuan:
            return jalur
        elif state not in visited:
            for cabang in graf.get(state, []):
                jalur_baru = list(jalur)
                jalur_baru.append(cabang)
                queue.append(jalur_baru)

            visited.add(state)

        isi = len(queue)
        if isi == 0:
            print("tidak ditemukan")






 Depth First Search ( DFS )



pohon = {'A':set(['B','C','E']),
         'B':set(['A','G','D']),
         'C':set(['A','I']),
         'D':set(['B','H','I']),
         'E':set(['A','F']),
         'F':set(['E','H']),
         'G':set(['B','H']),
         'H':set(['D','F','G','I']),
         'I':set(['C','D'])}

def dfs(graf, mulai, tujuan):
    stack = [[mulai]]
    visited = set()

    while stack:
        panjang_tumpukan = len(stack)-1
        jalur = stack.pop(panjang_tumpukan)
        state = jalur[-1]
        if state == tujuan:
            return jalur
        elif state not in visited:
            for cabang in graf.get(state, []):
                jalur_baru = list(jalur)
                jalur_baru.append(cabang)
                stack.append(jalur_baru)
            visited.add(state)

        isi = len(stack)
        if isi == 0:
            print("Tidak ditemukan")
















Minggu, 23 Oktober 2016

Melacak Jejak Silam Freeport Mengeksploitasi Bumi Papua Bermula dari informasi tim penelitian geologi di zaman Belanda, Freeport melacak jejak harta karun di perut bumi Papua. Ditolak Sukarno, diterima Soeharto.

Melacak Jejak Silam Freeport Mengeksploitasi Bumi Papua
Bermula dari informasi tim penelitian geologi di zaman Belanda, Freeport melacak jejak harta karun di perut bumi Papua. Ditolak Sukarno, diterima Soeharto.

PADA 1959 Jean Jacques Dozy, seorang geolog anggota Ekspedisi Colijn yang pernah melakukan pendakian ke Puncak Cartenz pada 1936, kedatangan seorang tamu. Si tamu tadi bertanya kepadanya tentang keadaan Papua yang pernah dikunjunginya. “Katanya Anda pernah mengunjungi New Guinea (nama Papua saat itu-Red.) dan menemukan badan bijih (ore body) ini. Seberapa besarnya?” tanyanya pada Dozy, sebagaimana dikutip dari buku Grasberg karya George A. Mealey.

Pertanyaan tamunya membuat Dozy terhenyak. “Kagetnya serasa seperti sedang ditodong pistol tepat di dada,” kata dia. Bagaimana tidak, setelah 23 tahun lamanya, baru ada orang bertanya demikian kepada Dozy. “Baiklah,” kata Dozi melanjutkan, “ini menyerupai sebuah dinding tebing, tingginya kira-kira 75 meter dan begitu juga panjangnya.”

“Oh..oh,” ujar tamunya. Menurut Dozy, setelah pertemuan itu, tamu tadi langsung terbang menuju Papua, untuk membuktikan apakah omongan Dozy bohong atau jujur. Dan ketika kembali, dia menemui lagi Dozy dan mengatakan, “(Ternyata) itu lebih besar dari yang pernah Anda bilang.”

Tamu yang dimaksud Dozy adalah Forbes. K Wilson, yang bekerja sebagai manajer eksplorasi sulfur di Freeport. Kelak bertahun kemudian Forbes jadi petinggi di Freeport. Sebelum bertemu Dozy, Forbes sudah terlebih dahulu mencari informasi tentang Ekspedisi Colijn. Dalam catatan hariannya, Dozy membuat sketsa gundukan batu hitam aneh yang berdiri menyembul pada ketinggian 3500 meter, di pedalaman Papua. Di bawah skesta itu, Dozy membubuhkan tulisan “Ertsberg” yang artinya “gunung bijih”. Dari sana Forbes mengendus kekayaan bumi Papua.

Sebelum informasi itu ditemukan oleh Forbes, laporan Dozy hanya disimpan di perpustakaan Leiden. Setelah membuktikan temuan Dozy, pihak Freeport tak bisa begitu saja melakukan kegiatan eksploitasi di Irian Jaya (nama Papua saat itu). Terlebih karena kebijakan pemerintahan Sukarno menutup kemungkinan masuknya modal asing ke Indonesia.

Peluang baru muncul saat terjadi peristiwa G30S 1965 yang bermuara pada kejatuhan Sukarno. Dua bulan setelah kup militer itu CEO Freeport Langbourne Williams menelepon Forbes. Dia mendapat kabar baik dari dua eksekutif Texaco bahwa negosiasi Ertsberg akan segera dimulai. Pemerintah Soeharto, kendati belum resmi, mereka anggap jauh lebih bersahabat dengan Amerika ketimbang Sukarno.

Williams yakin, negoisasinya bakal mulus lantaran salah satu eksekutif Texaco, Julius Tahija, punya koneksi kuat dengan Soeharto, yang punya kans kuat untuk naik ke puncak kekuasaan. Julius Tahija adalah mantan tentara yang dekat Sukarno namun berubah menjadi penentangnya.

Sejatinya, pada April 1965 Freeport sudah mendapat lampu hijau untuk menambang di Ertsberg. Namun negosiasi tak kunjung selesai lantaran pemerintahan Sukarno tak mau begitu saja kekayaan alam Indonesia dikelola oleh kelompok bisnis asing. Ketika perubahan politik sudah menunjukkan akhir dari kekuasaan Sukarno, terlebih mendapat pinjaman senilai 60 juta dolar dari lembaga-lembaga dana Amerika, kekuasaan, langkah Freeport kian mantap untuk mengesploitasi kekayaan alam di Papua.

Pada April 1967, tiga bulan sesudah pemberlakuan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 1/1967, Freeport Sulphur Incorporated menandatangani sebuah kontrak karya untuk mengeksplorasi dan menambah cadangan emas dan tembaga di Irian Jaya. Penandatangan itu, “membuat Freeport Sulphur perusahaan asing pertama yang menandatangani kontrak dengan pemerintah baru dan satu-satunya perusahaan yang menandatangani kontrak di bawah kondisi yang luar biasa seperti itu,” tulis Denise Leith dalam The Politics of Power: Freeport in Suharto’s Indonesia.

Penandatangan itu terbilang unik dan berani. Selain penandatangannya dilakukan ketua presidium kabinet Ampera Jenderal Soeharto, bukan oleh presiden, wilayah konsesinya (Irian Barat), masih dalam sengketa.

Menurut persyaratan kontrak itu, Freeport memperoleh masa bebas pajak selama tiga tahun serta konsesi pajak sebesar 35 untuk tujuh tahun berikutnya dan pembebasan segala macam pajak atau royalti selain lima persen pajak penjualan.

“Namun segera setelah kontrak ‘generasi pertama’ ini ditandatangani, pemerintah menyadari bahwa kontrak itu perlu direvisi agar memberikan keuntungan ekonomi bagi Indonesia,” ujar Mohammad Sadli, yang ketika itu menjabat menteri pertambangan, dalam buku Pelaku Berkisah dengan editor Thee Kian Wie.

Sadli kelak menjadi anggota tim penasehat ekonomi Presiden Soeharto. “Karena itu kontrak-kontrak ‘generasi kedua’ dibuat lebih restriktif dan kurang menguntungkan investor asing, termasuk untuk perusahaan Kanad, Inco, yang menambang nikel di Soroako, Sulawesi Selatan.”

Undang-Undang PMA, produk hukum yang baru diciptakan di masa transisi kepemimpinan nasional, menjadi salah satu langkah pemerintahan Soeharto untuk menarik modal asing demi memulihkan perekonomian nasional. Dan Freeport, salah satu koorporasi internasional pertama yang ketiban rezeki dari peralihan kekuasaan Sukarno ke Soeharto.

Sumber : https://www.google.co.id/webhp?hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiwydLUmPHPAhUgSY8KHVUiBmQQPAgD

Sumber : http://historia.id/modern/melacak-jejak-silam-freeport-mengeksploitasi-bumi-papua


ADA BENDERA ALAM PEUDEUNG MILIK KESULTANAN ACEH DI MUSEUM NASIONAL COPENHAGEN DENMARK

ADA BENDERA ALAM PEUDEUNG MILIK KESULTANAN ACEH DI MUSEUM NASIONAL COPENHAGEN DENMARK

Tulisan ini pertamanya di tulis oleh Tarmizi Age pada 04 Juli 2007 atas nama KMPD Perwakilan Eropa dan ASF di Denmark, dan sudah pernah dipublikasi lalu kemudian admin yang bertindak sebagai editor fanspage Sejarah Dunia memposting kembali tulisan ini guna menambah wawasan kita bersama.

di antara barang-barang yang sangat hebat di Museum Nasional Compenhagen Denmark terdapat selembar bendera Kesultanan Aceh Darussalam yang pernah digunakan di antara tahun 1850-1904. Bendera itu terlihat bewarna merah dan dihias dengan bulan sabit, bintang dan dua buah pedang.

Bendera itu merupakan barang berarti politik yang mungkin berkaitan dengan perang antara Kesultanan Aceh dan Kerajaan Belanda yang terjadi pada tahun 1873-1904.
Aceh adalah sebuah bangsa yang sudah maju sejak zaman-berzaman dahulu, ini bukan suatu isu atau propaganda murahan tapi ia bisa disaksikan oleh bukti-bukti sejarah yang tersimpan bagus di museum-meseum Eropa. KMPD (Komite Monitoring Perdamaian dan Demokrasi) perwakilan Eropa dan ASF di Denmark berusaha menelusuri kejayan masa lalu negara Kesultanan Aceh. Hasil usaha KMPD dan ASF membuahkan hasil, museum di Denmark misalnya telah mengantar seratusan gambar-gambar bukti sejarah zaman dulu kepada Ketua KMPD Eropa melalu perantara yang digunakannya. Barang-barang Aceh zaman dahulu tersimpan di Musem Nasional Denmark (Nationalmusset), di dalam gedung istana lama yang sangat besar itulah tersimpan seratusan barang-barang Aceh kuno sebagai salah satu bukti bersejarah.


"Tidak kurang dari 140 barang antik yang sangat indah berasal dari Aceh. Koleksi barang etnografis itu dikumpul oleh penjelajah, pedagang, ahli antropologi atau pelayar yang membawa barang-barang ini dari negara Aceh". kata Bente Wolff, kepala bagian India, Asia Tenggara dan Oceania di kolleksi etnografis, Museum Nasional di København, kepada Marie Bjørnager Jensen salah seorang mahasiswa di sebuah Universitas di Denmark jurusan antropologi yang mengambil subjek tentang Aceh.
Antara barang-barang tersebut adalah selendang dan perisai dari Aceh itu disebut penjaga museum merupakan barang yang sangat berarti dan unik untuk negara Denmark yang diberikan kepada museum oleh perbendaharaan kerajaan Denmark. Pisau perak merupakan barang yang paling kuno, ia dibuat pada tahun 1748. Ada juga sebuah tempat rokok, yang dulu diberikan kepada Raja Denmark sebagai hadiah, namun hasil penelusuran KMPD dan ASF yang juga di bantu Marie belum dapat mendeteksi hadiah dari siapakah itu, apakah dari Sultan Aceh atau dari para saudagar.

”Sangat baik kalau pribumi dari negara asal barang di koleksi etnografis melihatnya dengan mata sendiri”, kata Bente Wolff, kepala bagian India, Asia Tenggara dan Oceania di koleksi etnografis, Museum Nasional di København. Melihat barang kuno Aceh di Denmark, jadi kita bisa bayangkan kehidupan orang Aceh 100-200 tahun yang lalu. Selendang dan celana berbenang emas, kain kepala, topi dan kalung, anting-anting dan rem dari perak, batang rokok dan bungkusnya, ada tembakau dan gunting, tikar yang berdesain indah dan penutup makanan dibuat dari daun pisang dan kertas berwarna cerah, lampu berhiasan burung kecil, bisa tahu indahnya di dalam rumah Aceh dulu.

kepentingan agama seperti kain suci untuk beribadah yang terhias dengan desain islam yang di bordir dengan benang perak atau berberapa batu kuburan juga terdapat di museum ini.
Dengan terdapatnya barang-barang Kesultanan Aceh di museum-museum Eropa seperti di Denmark, maka KMPD Perwakilan Eropa dan ASF di Denmark meminta Pemerintah Aceh dan pihak Museum Negeri Aceh untuk mengambil tidakan-tindakan lobi yang tinggi guna membawa pulang barang-barang berharga Aceh yang ada diluar negeri tersebut.

Sumber : http://waa-aceh.org/bendera-aceh-di-museum-nasional-copenhagen-denmark/
Sumber : https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8

Pengikut