Apa Doolittle Raid? Serangan Udara Pertama AU AS ke Jepang
Doolittle Raid adalah serangan udara pertama yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang menargetkan daratan Jepang selama Perang Dunia II.
Serangan ini dilakukan pada tanggal 18 April 1942 dan dipandang sebagai pembalasan atas pemboman Jepang di Pearl Harbor, Hawai, lima bulan sebelumnya.
Serangan udara ini dinamakan sesuai dengan komandan dan perancang serangan, Jenderal James Doolittle, yang pada saat itu masih berpangkat Letnan Kolonel.
Setelah serangan kejutan di Hawai dan mulai terlibatnya Amerika Serikat ke dalam perang, James Doolittle turut membantu mempersiapkan rencana serangan udara balasan terhadap Jepang.
Sebagai seorang perintis dalam dunia penerbangan, Doolittle turut mengembangkan berbagai instrumen terbang seperti “artificial horizon”.
Rencana dasar dari serangan melibatkan peluncuran beberapa pesawat pembom dari kapal induk.
Pengujian dilakukan pada bulan Februari 1942 untuk melihat apakah mesin kembar pembom B-25B Mitchell bisa digunakan untuk menjalankan misi.
Ternyata tes berjalan lancar, sehingga rencana penyerangan dilanjutkan. Dari anggota Bomb Group ke-17 Angkatan Udara Amerika Serikat, relawan dipilih dan dilatih untuk menjalankan misi ini.
Selama masa pelatihan, beberapa modifikasi pesawat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar dan memasang kamera untuk merekam pengeboman.
Pada 2 April 1942, 16 pesawat dimuat dalam Kapal Induk USS Hornet dengan perintah rahasia.
Saat kapal induk sudah dalam perjalanan, perintah spesifik pengeboman baru diberikan ke sebagian besar kru.
Beberapa hari kemudian, USS Hornet bertemu dengan USS Enterprise di bawah komando Laksamana Halsey dan bersama-sama berusaha menuntaskan misi.
Setelah serangan kejutan di Hawai dan mulai terlibatnya Amerika Serikat ke dalam perang, James Doolittle turut membantu mempersiapkan rencana serangan udara balasan terhadap Jepang.
Sebagai seorang perintis dalam dunia penerbangan, Doolittle turut mengembangkan berbagai instrumen terbang seperti “artificial horizon”.
Rencana dasar dari serangan melibatkan peluncuran beberapa pesawat pembom dari kapal induk.
Pengujian dilakukan pada bulan Februari 1942 untuk melihat apakah mesin kembar pembom B-25B Mitchell bisa digunakan untuk menjalankan misi.
Ternyata tes berjalan lancar, sehingga rencana penyerangan dilanjutkan. Dari anggota Bomb Group ke-17 Angkatan Udara Amerika Serikat, relawan dipilih dan dilatih untuk menjalankan misi ini.
Selama masa pelatihan, beberapa modifikasi pesawat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar dan memasang kamera untuk merekam pengeboman.
Pada 2 April 1942, 16 pesawat dimuat dalam Kapal Induk USS Hornet dengan perintah rahasia.
Saat kapal induk sudah dalam perjalanan, perintah spesifik pengeboman baru diberikan ke sebagian besar kru.
Beberapa hari kemudian, USS Hornet bertemu dengan USS Enterprise di bawah komando Laksamana Halsey dan bersama-sama berusaha menuntaskan misi.
Perintah awal untuk Doolittle Raid menyatakan bahwa peluncuran pesawat pembom harus dilakukan 400 mil dari pantai Jepang.
Namun, iring-iringan kapal AS terdeteksi oleh kapal patroli Jepang pada jarak lebih dari 600 mil.
Menghadapi resiko kegagalan, tim penyerbu akhirnya dilepas pada saat itu juga, meski belum memasuki jarak ideal yang diperintahkan.
Lima belas dari 16 pesawat lepas landas untuk melakukan serangan, meninggalkan 1 pesawat sebagai unit cadangan.
Doolittle Raid berhasil mengakibatkan kerusakan pada beberapa sasaran, meskipun dengan tingkat keparahan tidak seperti yang mereka harapkan.
Tim Doolittle Raid berhasil menjangkau beberapa sasaran termasuk Tokyo, Kobe, Osaka, Yokohama, dan Nagoya, tapi dengan cepat segera kehabisan bahan bakar cadangan.
Tidak dapat menjangkau basis pendaratan di Cina yang telah direncanakan sebelumnya, para awak diharuskan meninggalkan pesawat, mengakibatkan 2 tewas dalam usaha pendaratan.
Meskipun telah mendapat bantuan dari Cina, 8 orang berhasil ditangkap oleh pasukan Jepang dan dipenjarakan.
Tiga dari delapan orang dieksekusi, 1 meninggal dalam penjara, dan 3 sisanya dibebaskan pada akhir perang.
Meskipun kehilangan semua pesawat beserta kematian 6 orang, rencana Doolittle dianggap sukses dalam upaya meningkatkan jarak jelajah pembom Angkatan Udara AS.
Sebuah konsekuensi strategis dari serangan ini adalah perintah Komandan Jepang, Jenderal Yamamoto, untuk menguasai kepulauan Midway dan menghancurkan kapal induk Amerika untuk menghilangkan resiko serangan bom di masa depan, walaupun Jepang belum memiliki pasukan yang benar-benar siap.
Doolittle Raid memiliki dampak yang luar biasa pada moral rakyat Amerika setelah serangan mengejutkan terhadap Pearl Harbor beberapa bulan sebelumnya.
Doolittle dianugerahi Medal of Honor untuk upaya dan keberaniannya. Anak buahnya yang selamat juga menerima berbagai penghargaan dan promosi.
Namun, iring-iringan kapal AS terdeteksi oleh kapal patroli Jepang pada jarak lebih dari 600 mil.
Menghadapi resiko kegagalan, tim penyerbu akhirnya dilepas pada saat itu juga, meski belum memasuki jarak ideal yang diperintahkan.
Lima belas dari 16 pesawat lepas landas untuk melakukan serangan, meninggalkan 1 pesawat sebagai unit cadangan.
Doolittle Raid berhasil mengakibatkan kerusakan pada beberapa sasaran, meskipun dengan tingkat keparahan tidak seperti yang mereka harapkan.
Tim Doolittle Raid berhasil menjangkau beberapa sasaran termasuk Tokyo, Kobe, Osaka, Yokohama, dan Nagoya, tapi dengan cepat segera kehabisan bahan bakar cadangan.
Tidak dapat menjangkau basis pendaratan di Cina yang telah direncanakan sebelumnya, para awak diharuskan meninggalkan pesawat, mengakibatkan 2 tewas dalam usaha pendaratan.
Meskipun telah mendapat bantuan dari Cina, 8 orang berhasil ditangkap oleh pasukan Jepang dan dipenjarakan.
Tiga dari delapan orang dieksekusi, 1 meninggal dalam penjara, dan 3 sisanya dibebaskan pada akhir perang.
Meskipun kehilangan semua pesawat beserta kematian 6 orang, rencana Doolittle dianggap sukses dalam upaya meningkatkan jarak jelajah pembom Angkatan Udara AS.
Sebuah konsekuensi strategis dari serangan ini adalah perintah Komandan Jepang, Jenderal Yamamoto, untuk menguasai kepulauan Midway dan menghancurkan kapal induk Amerika untuk menghilangkan resiko serangan bom di masa depan, walaupun Jepang belum memiliki pasukan yang benar-benar siap.
Doolittle Raid memiliki dampak yang luar biasa pada moral rakyat Amerika setelah serangan mengejutkan terhadap Pearl Harbor beberapa bulan sebelumnya.
Doolittle dianugerahi Medal of Honor untuk upaya dan keberaniannya. Anak buahnya yang selamat juga menerima berbagai penghargaan dan promosi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar