Situs Purbakala Patiayam
Situs Purbakala Patiayam adalah situs purba di Pegunungan Patiayam, Dukuh Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Situs Patiayam terletak dilereng selatan Gunung Muria. Secara fisiografi Situs Patiayam termasuk daratan Alluvial Jawa Utara sehingga bentang lahan daerahnya merupakan daerah perbukitan dan daerah daratan. Situs Patiayam secara morfologinya merupakan sebuah kubah ( dome ) dengan puncak tertinggina yaitu Bukit Patiayam 350 dpl.
Situs purba Patiayam memiliki persamaan dengan situs purba Sangiran, Trinil, Mojokerto, dan Nganjuk. Keunggulan komparatif situs Patiayam adalah fosilnya yang utuh dikarenakan peimbunan adalah abu vulkanik halus dan pembentukan fosil berlangsung baik. Di sekitarannya tidak terdapat sungai besar sehingga fosil ini tidak pindah lokasi karena erosi. Keadaan ini berbeda dengan situs purbakala lainnya dimana fosil ditemukan pada endapan sungai.
Sejak 22 September 2005 situs Patiayam ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Sebelumnya situs ini sudah lama dikenal sebagai salah satu situs manusia purba (hominid) di Indonesia. Sejumlah fosil binatang purba ditemukan penduduk setempat seperti kerbau, gajah, dan tulang lain. Fosil gading gajah purba Stegodon trigonocephalus merupakan primadona Patiayam.
Rangkaian penelitian telah dilakukan di situs ini, mulai dari tahun 1931 saat peneliti asal Belanda Van Es menemukan sembilan jenis fosil hewan vertebrata. Berikutnya hingga tahun 2007 berbagai penelitian dilakukan dan ditemukan 17 spesies hewan vertebrata dan tulang belulang binatang purba antara lain : Stegodon trigonochepalus (gajah purba), Elephas sp (sejenis Gajah), Rhinocecos sondaicus (badak), Bos banteng (sejenis banteng), Crocodilus, sp (buaya), Ceruus zwaani dan Cervus atau Ydekkeri martim (sejenis Rusa) Corvidae (Rusa), Chelonidae (Kura-Kura), Suidae (Babi Hutan), Tridacna (Kerang laut), Hipopotamidae (Kudanil). Temuan fosil-fosil di Patiayam memiliki keistimewaan daripada fosil temuan di daerah lain karenakan sebagian situs yang ditemukan bersifat utuh.
Di patiayam ribuan fragmen fosil vertebrata ditemukan, beberapa diantaranya dapat direkontruksikan dan beberapa bagian dapat diidentifikasi jenisnya. Berdasarkan spesies dan famili nya dikelompokkan berdasarkan habitat mereka. Situs ini telah mendapat perhatian ilmuwan pada jaman penjajahan. Sejak keberhasilan E. Dubois menemukan fosil pithecatropus erectus di trinil ngawi jawa timur, serta merta para ahli mengadakan eksplorasi ke daerah – daerah termasuk patiayam. Pada tahun 1857, tersebut nama F.W. Junghuhn, de Winter, dan pelukis naturalis Raden saleh pernah ke patiayam untuk menggali mencari fosil. Diperoleh beberapa fosil fauna hasil penggalian, masyarakat setempat waktu itu mengenal fosil dengan sebutan “ balung batu “ (jawa = tulang raksasa ). Sekarang masyarakat setempat sudah mengenal fosil dengan baik, bahkan beberapa sudah mendapat pelatihan dari balai arkeologi dan akademisi sehingga mereka menjadi orang – orang awam yang terlatih tentang pengetahuan Situs Patiayam.
Kini Patiayam telah menunjukkan hasil peninggalan Kala Plestosen yang lengkap sebagaimana situs lainnya seperti Sangiran, Ngandong, Trinil, dan lainnya. Tiga data penting kehidupan Kala Plestosen di Patiayam antara lain sisa hominid ( Homo erectus ), sisa lingkungan purba ( fosil – fosil vertebrata dan avertebrata ), dan data budaya ( alat batu/litik) Hingga sekarang terkumpul tidak kurang dari 1.300 fosil purba berusia antara 700.000 sampai 1 juta tahun.
Selama ini Pemkab Kabupaten Kudus terus berupaya menyelamatkan dan melesarikan Situs Patiayam yang merupakan situs Prasejarah ikon masa depan dan bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta untuk penelitian dan ekskavasi
Diolah dari berbagai sumber
Diolah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar