~ KETIKA SOSOK SADAM HUSEIN DI RINDUKAN
Ketika berada dalam penjara, Sadam Husein pernah ditanya: "Wahai Sadam, sekarang Iraq (hancur) tak ada kedamaian dan keamanan disana. Jika kau keluar dari penjara, butuh berapa lama untuk memulihkan kondisi ini?"
Sadam menjawab: "Saya hanya membutuhkan tiga momen. Ketika saya mencukur jenggot saya, ketika bertasbih kepada Allah, kemudian saya berpidato maka kembalilah kedamaian di Iraq."
Awal Saddam dipenjara, adalah awal penurunan moral dan nilai-nilai Islam di Iraq. Sejak kedatangan Amerika ke Iraq dalam usaha penjajahan, bukan rahasia lagi jika para tentara AS gemar sekali mengadakan pesta minuman keras dalam jumlah banyak. Mereka menularkan kebiasaannya minum minuman keras itu kepada rakyat Iraq.
Di zaman Saddam Hussein, walaupun rezim ini dianggap diktator, namun saat itu tak ada bar, pub, atau toko-toko yang menjual minuman keras. Kini, semua itu bisa ditemui dengan bebas dan terbuka di pelosok Baghdad.
Rumah bordil pun banyak yang beroperasi dan saling berebut pelanggan. Begitu pun bioskop yang kembali dibuka dan banyak memutar film-film yang berbau porno. Dulu, polisi Iraq akan menangkap pelaku kemaksiatan dan si pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Kini hal itu sudah tak ada lagi.
Dan dijaman Sadam Husein semua warga Iraq hidup rukun dan damai saling berdampingan antara Sunni dan Syiah, tidak ada peperangan saudara ataupun perpecahan antar agama. Yang sekarang hal tersebut tidak mungkin lagi ditemui di Iraq, bahkan banyak sekali warga Iraq akhirnya memilih keluar dari Iraq demi mencari tempat aman dan keselamatan dimana saat ini hampir setiap warga Iraq dicengkeram teror yang tidak kunjung usai. Tidak adanya jaminan keamanan dari pemerintah membuat sebagian besar warga akhirnya memutuskan untuk keluar meninggalkan Iraq.
Tara Rasyid, seorang optamologis di Baghdad menyatakan tadinya ia bersyukur ketika Saddam Hussein digulingkan. Namun, enam bulan setelah itu, kehidupan di sekitarnya berubah menjadi neraka. "Saya selalu khawatir jika suatu waktu akan terjadi perang saudara," ujarnya lirih kepada BBC. "Sekarang saya tidak pernah lagi percaya kepada para politisi di negara kami."
Sedangkan Mateen Dooski, berasal dari daerah Dohuk, Iraq sebelah utara, mengeluhkan sulitnya perekonomian yang tak terkendali di negaranya.
Tampaknya kondisi Iraq yang seperti ini merupakan desain dan skenario AS yang akan diterapkan di negara-negara lain yang saat ini memasuki tahap awal dan pertengahan invasi seperti Afghanistan, dan Somalia.
Bagaimanapun perbedaan menyikapi Sadam, ia adalah salah satu pemimpin besar Iraq, yang hingga akhir hayatnya tidak pernah tunduk kepada Amerika dan sekutunya. Dan ditengah krisis moral dan kehancuran yang membayangi Iraq saat ini, banyak warga yang rindu akan sosok Sadam Husein. Salah seorang pemimpin tegas Islam yang dianggap barat sebagai sosok diktator.
Bersyukurlah karena kita sebagai warga Indonesia walau dilahirkan dalam sistem negara hukum yang "bobrok" tapi masih merasakan sebuah kedamaian yang banyak di impikan saudara-saudara kita di sebuah negeri yang selalu berperang dan terus menerus berperang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar