Sebuah Opini
Sudah Saatnya Mewaspadai Singapura
JAKARTA:(DM) - Setelah meninggalkan Clark dan Subic di Filipina, Amerika
mereparasi kapal perangnya di Singapura. Sekarang ini Singapura adalah
pangkalan militer Amerika, juga menjadi Israel-nya Amerika di Asia
Tenggara. Karena itu bicara tentang sepak terjang Barat di Asia
Tenggara, kita tidak boleh melupakan peran Singapura.
Aktivis dan LSM pro Barat mengkritisi besarnya anggaran militer di Indonesia, padahal jumlahnya cuma US$ 975 juta.
Mereka pura-pura tidak tahu bahwa Singapura, yang negara mini, punya
anggaran militer US$ 4.300 juta, empat setengah kali lipat dari anggaran
militer Indonesia.
Singapura punya lebih seratus pesawat tempur,
sekeliling pulaunya dilindungi oleh sederetan rudal Rapier dengan radar
automatik. Singapura juga telah memesan 4 (empat) kapal selam modern
dari Swedia. Bandingkan dengan peralatan tempur AU dan AL kita yang
begitu memprihatinkan dan ketinggalan zaman!. Pertanyaan kita sekarang
ialah: Apakah anggaran militer Singapura US$ 4.300 juta itu hanya untuk
pertahanan negerinya, yang begitu kecil?
Ataukah justru untuk
mensubversi Indonesia dan Malaysia untuk menguasai Asia Tenggara yang
Melayu, yang dianggap sebagai the soft nations alias makanan empuk
anjing serigala Singapura? Buat apa itu empat kapal selam modern padahal
Singapura tidak punya perairan? Seratus pesawat tempur untuk menghadapi
siapa? Kenapa TNI diam saja?
Kalau sekarang kita bertempur melawan Singapura, kita pasti kalah, dan sebagian Riau akan dicaplok Singapura!
Bung Karno berpesan: “Janganlah melupakan sejarah!” Kita punya daftar
sejarah yang menunjukkan bahwa Singapura adalah bukan sahabat Indonesia:
1. Sampai sekarang Singapura tidak menandatangani perjanjian ekstradisi
sehingga konglomerat perampok uang rakyat Indonesia aman berlindung di
Singapura.
2. Tahun 1871 Singapura adalah negeri Melayu, yang
kini menjadi warga marjinal dan tinggal 15% saja. Singapura adalah
Home-land Cina Hoakiau.
3. Hak orang Melayu masuk militer dibatasi, kolonel adalah pangkat maksimum.
4. Pada saat konfrontasi “Ganyang Malaysia 1963-1966”, RRC yang dalam
retorika mendukung Indonesia tetap mengaktifkan Bank of China di
Singapura.
5. Pada 1967 Singapura dengan sombong menggantung
pahlawan Operasi Trikora, Usman dan Harun, walaupun konfrontasi
Indonesia versus Malaysia & Singapura
sudah dihentikan.
6. Sebagian besar devisa hasil ekspor yang mencapai US$ 50 milyar setiap
tahun, tidak masuk ke Indonesia tetapi disimpan di bank-bank Singapura.
Inilah sebab kenapa Indonesia yang punya banyak ekspor tapi kekurangan
devisa.
7. Pada puncak krisis moneter 1998, setelah Presiden
Habibie secara terbuka menyatakan bahwa Singapura tidak bersahabat
dengan Indonesia, barulah Singapura dengan enggan membantu Indonesia,
setelah Malaysia dan Brunei.
8. Setiap bulan Singapura mengimpor
500.000 ton pasir dari Riau. Jelas pasir ini untuk reklamasi pantai
mereka dengan merugikan perairan Indonesia.
9. Penyelundupan besar-besaran timah dan BBM Indonesia ditampung Singapura.
10. Jika pelabuhan Sabang bisa dibangun maka Sabang Freeport akan
menyaingi bahkan bisa “menghabisi” Singapura. Karena itu, Singapura
berkepentingan atas kacaunya Aceh, sehingga pembangunan Sabang Freeport
tersendat.
11. “Pengusaha-pengusaha” Singapura, mulai ikut campur
tangan dalam bursa pemilihan Gubernur Riau. Sementara kita khawatir
akan kemelut di Aceh, bisa saja terjadi muncul Republik Riau yang
didukung oleh Singapura.
12. Singapura mendapatkan keuntungan
jika Indonesia pecah seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Negara-negara
eks Republik Indonesia, secara sosial dan ekonomi akan berkiblat ke
Singapura yang kinerjanya lebih baik dari pada Jakarta.
Apa
Singapura berharap bisa jadi ibukota Negara Nusantara kelak? Demikian
sekedar pandangan yang mungkin bermanfaat bagi putra-putri bangsa kita.
Merdeka…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar