Kamis, 26 Maret 2015

Mahasiswa Tidur.

Mahasiswa Tidur
 
Sekarang ini mahasiswa hanya bisa diam.
Belajar yang giat agar lulus tepat pada waktunya.
Mendapatkan kerja dan berumah tangga sama seperti impiannya.
 
Tak ada lagi kritik
Tak ada lagi demonstrasi.
Kini semua tenang, semua jalanan lengang.
 
Sekarang mahasiswa banyak tertidur.
Dari realita yang tergambar penuh derita.
Dari kenyataan yang seharusnya mereka ubah dengan usaha.
 
Tak ada lagi mahasiswa bertengkar dengan aparat.
Tak ada lagi mahasiswa keluar ke jalan mengenakan almameternya.
Tak ada lagi teriakan dan kepalan penuh amarah.
 
Kini semua pemimpin bisa tidur nyenyak.
Tak perlu memikirkan lagi nasib bangsanya.
Karena mahasiswa, toh, telah mereka tidurkan.
Dalam tumpukan tugas, lembaran uang proyek,
dan kegiatan yang diciptakan berlandaskan hura-hura.
 
Tertidurlah nasib bangsaku, tidurlah mahasiswa.
Bermimpilah yang tinggi dengan penuh khidmat.
Karena setelah kamu bangun nanti.
Kamu akan menemui bangsa ini makan dengan derita berlauk duka.
 
 
Jalan-Jalan Merindukan Derap Langkah
 
Di depan gedung MPR.
Jalan-jalan di sana merindukan langkah yang menghujaminya.
Langkah-langkah dari para pemuda yang keluar bersama.
Sepatu berharga murah yang dirindukannya
Bukan gelindingan ban mobil mewah yang berlalu-lalang.
 
Jalan-jalan itu merindukan hentakan kaki para mahasiswa.
Teriakan lantang penuh semangat.
Bukan stelan jas berharga puluhan juta.
 
Jalan-jalan itu merindukan kaki-kaki yang menyampaikan amanat.
Harapan dari ratusan juta rakyat yang hidup sengsara.
Jalan-jalan itu merindukan derap langkah para manusia muda.
 
Jalan-jalan itu telah muak dengan manusia yang setiap hari masuk dan keluar.
Tetapi, tak menghasilkan apa-apa.
Jalan-jalan itu selalu merindukan.
Manusia muda yang rela letih bahkan mati untuk bangsa ini.
Adakah yang bisa mengobati rindu jalan-jalan itu?


OLEH  FERRY IRAWAN 
Pelaihari, 10 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut